Jumat, 25 Juli 2008

Ekonomi Jogja-jakarta

Malam itu untuk pertama kalinya aku naik kereta ekonomi ke jakarta. Aku hanya seorang diri duduk di sebelah jendela dan di bawah lampu yang terang.seperti biasa Kereta ekonomi selalu padat, tak jauh dari bayanganku. Di depanku persis, duduk seorang mahasiswa yang hendak pergi berlibur ke Jakarta bersama kakeknya. Diseberang kursiku, duduk keluarga besar yang terdiri dari 6 orang. Nenek-nenek mereka juga turut serta. Mereka asik bersenda gurau.

Entah apa yang mereka bicarakan. Hanya seorang nenek saja yang hanya duduk diam sambil menikmati sirihnya. Di sebelahku duduklah seorang lulusan Diploma yang hendak diklat ke Jakarta. Sebut saja namanya “B”. “B” belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di Jakarta. “B” orangnya sangat ramah sekali. Baru duduk saja, dia sudah menyapa dan berbincang-bincang dengan mahasiswa yang duduk di depan kursi kita persis. Tanpa diundangpun, dia juga ikut bergabung berbincang-bincang dengan keluarga besar yang terdiri dari 6 orang, yang ada di seberang kursi kita.Ketika Adzan maghrib berbunyi entah mengapa “B” tiba-tiba membalikkan badan ke arah kursi.

Setelah kuperhatikan, ternyata dia sedang tayamum dengan kursi. Tayamum itu istilah pengganti air wudhu untuk sholat dalam Islam. “B” melakukan tayamum dengan kursi. Dan kemudian dia sholat sambil mempraktekkan aturan-aturan sholat. Walaupun dia sholat dengan posisi duduk di bangku kereta, itu tidak meluputkan aturan-aturan sholat yang ia perdalam. “B” benar-benar bersujud hampir mencium lututnya seperti sholat biasanya. Padahal kalau sholat di tempat keramaian, tidak perlu bersujud dipraktekkan.


Aku terharu sekali. Di tengah keriuhan dan kepadatan kereta ekonomi, dia tidak melupakan kewajibannya sebagai umat Islam. Padahal di depanku, di seberangku ada beberapa yang memakai peci dan jilbab, yang menandakan bahwa mereka adalah seorang muslim. Tetapi mereka tidak melakukan kewajibannya, mereka hanya diam melihat “B” yang sedang melakukan kewajibannya. “B” yang duduk di sebelahku ternyata tidak hanya melakukan kewajiban sholat maghrib, tetapi dia juga melakukan beberapa solat sunah di atas kereta, yang tidak wajib hukumnya Aku benar-benar terkesima, karena jarang sekali di tengah keramaian aktivitas, mereka melakukan kewajibannya sebagai muslim. Bahkan aku pun demikian.